contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Rabu, 24 April 2013



       A.    Pengertian Bahan Tambahan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/PER/IX/88, bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik), pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.329/menkes/PER/XII/76, yang dimaksuddengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan atau dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.Sementara itu, bahan tambahan pangan juga dapat diartikan sebagai suatu unsur atau campuran beberapa unsur selain bahan dasar makanan sebagai hasil dari suatu aspek produksi, pengolahan, penyimpanan, atau pembungkusan.  
Secara garis besarnya penggunaan bahan tambahan makanan yang dibenarkan/diperbolehkan untuk tujuan sebagai berikut :
  1. Mempertahankan nilai gizi makanan.
  2. Untuk konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan diet.
  3. Untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat-sifat organoleptiknya sehingga tidak menyimpang dari sifat alaminya.
  4.  Untuk keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pengemasan, pemindahan atau pengangkutan (prasasto, 2008).
       B.     Zat Pemanis
a)      Pengertian Zat Pemanis
Zat pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan (teddysahbudin, 2011).
b)      Pemanis Buatan
Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti dalam Silalahi, 2010). Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun pemanis buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut kita kenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan (Yuliarti dalam Silalahi, 2010).

SAKARIN
Gambar 2. Struktur Sakarin ( anonym, 2011)
Sakarin pertama kali ditemukan oleh Ira Remsen dan Constantin Fahlberg pada tahun 1879 (ulanira, 2009). Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia sebagai garam natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3 dihidro-3-oksobenzisulfonasol, benzosulfimida atau o-sulfobenzimida. Sedangkan nama dagangnya adalah glucide, garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol, saxin, sykose, hermesetas (Cahyadi dalam Silalahi, 2010).
Sakarin merupakan salah satu zat pemanis buatan yang sering digunakan oleh produsen makanan dan minuman pada produk industri mereka Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintesis. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat dicampurkan dengan siklamat dalam perbandingan 1:10 untuk siklamat (artikelbiboer, 2009). Sakarin tidak dapat dimetabolisme dalam tubuh manusia, sehingga tidak dapat menghasilkan energi atau kalori.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industry makanan adalah sakarin sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan karena sakarin dalam bentuk aslinya yaitu asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam, sehingga sakarin tidak menyebabkan erosi enamel gigi.
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus, karena sakarin tidak diserap lewat system pencernaan. Meskipun demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya, sehingga gula darah akan turun.
          C.    Pembuatan Sakarin
Proses pembuatan sakarin yang paling terkenal saat ini adalah metode yang sama yang digunakan Remsen dan Fahlberg pada tahun 1879. Toluene dan asam klorosulfonic bereaksi pada suhu 0 – 50C membentuk campuran o- dan p-toluenesulfonamide. Campuran tersebut dipisahkan, dan o-toluenesulfonamide dioksidasi menjadi o-carboxybenzenesulfonamide ( asam o-sulfamoylbenzoic ). Senyawa ini dibebaskan dari air menjadi sakarin. P-toluenesulfonamide juga penting dalam pembuatan sakarin dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan Chloramine-T (Ulanira, 2009).
        D.    Efek Sakarin Terhadap Kesehatan
1.      Efek Akut
Toksisitas sakarin yang ringan pada tubuh dapat menyebaabkan iritasi kulit (alergi) dan gangguan tenggorokan berupa batuk dan radang tenggorokan.
2.      Efek Kronis
Toksisitas sakarin pada tingkat yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan, menyebabkan mual, muntah, dan kanker kandung kemih pada hewan uji, sehingga digolongkan kedalam senyawa grup 3, yaitu senyawa yang tidak dapat diklasifikasi sebagai karsinogen pada manusia.

*      Bahaya penggunaan sakarin yang berlebihan :
Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia antara lain : migrain dan sakit kepala , kehilangan daya ingat , bingung ,insomnia , iritasi , asma , hipertensi , diare , sakit perut , alergi , impotensi dan gangguan seksual , kebotakan , kanker otak , kanker kantung kemih.

       E.     Metode Analisis
Metode analisis percobaan berdasarkan pada ekstraksi cair-cair dan dilanjutkan dengan titrasi asam basa dimana akan terbentuk pewarnaan biru.
Prinsip Kerja Alat : corong pisah, yaitu berdasarkan perbedaan fase antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.

a.       Alat :
·         Pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 Ml
·         Cawan penguap
·         Buret
·         Corong pisah
·         Kertas saring
·         Penangas
·         Gelas kimia
b.      Bahan :
·         Larutan NaOH 5%
·         HCl 13%
·         Ferri khlorida 1%
·         Larutan campuran khloroform: etanol ( 9:1 )
·         HCl 3N
·         Larutan NaOH 0,1 N
·         Indikator Brom Tymol Biru
·         Sampel           
Ø  Fungsi Penambahan Reagen
·         Ferri khlorida 1%, berfungsi sebagai indikator untuk membentuk pewarnaan ungu.
·         NaOH 5% berfungsi untuk melarutkan sakarin pada sampel.
·         HCl 13%, berfungsi untuk menetralkan larutan yang bersifat basa oleh penambahan NaOH.
·         Kloroform, berfungsi untuk mengikat zat-zat lain selain natrium sakarin pada saat ekstraksi.
·         Etanol, berfungsi untuk melarutkan sakarin pada proses ekstraksi.
·         Brom thymol blue, berfungsi sebagai indicator pada saat titrasi.
·         NaOH 0,1N, berfungsi sebagai zat pentiter.

c.       Prosedur

a)      Uji Kualitatif
Untuk mengetahui apakah objek penelitian mengandung sakarin atau tidak dapat dilakukan melalui pemeriksaan kualitatif sebagai berikut :
1.      Timbang 15 gr sampel, larutkan dalam 5 mL NaOH 5%.
2.      Residu dipanaskan, angkat lalu di dinginkan.
3.      Setelah residu dingin, larutkan dalam 10 mL HCl 13%.
4.      Kemudian tambahkan setetes larutan FeCl3 1%
Apabila larutan berwarna ungu menunjukkan adanya asam salisilat yaitu terbentuk dari sakarin
b)      Uji Kuantitatif
Untuk mengetahui bagaimana kadar sakarin yang terdapat dalam permen karet dapat dilakukan melalui pemeriksaan kuantitatif dengan titrasi asam basa berikut :
Prinsip : Na-sakarin terlebih dahulu dilarutkan dengan air kemudian dengan penambahan HCl. Kemudian sakarin dapat diekstraksi dengan chloroform : etanol ( 9:1 ) kemudian hasil ekstraksi dititrasi dengan larutan NaOH dimana dengan penambahan indicator Brom Thymol Blue titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna biru.
1.      Timbang 15 gr sampel yang sudah dihomogenkan, masukkan ke dalam corong pisah dengan bantuan 50 mL akuades. Tambahkan 5 mL HCl 3N. Ekstraksi endapan sakarin dengan larutan kloroform : etanol (9:1 ) kocok sampai 15 menit. Pisahkan ke dalam Erlenmeyer ( lapisan kloroform berada dibagian bawah ).
2.      Kedalam corong pisah tambahkan 15 mL kloroform : etanol, kocok lagi dan pisahkkan larutan kloroform, ulangi sekali lagi dengan menambahkan 10 mL kloroform : etanol.
3.      Hasil penyaringan kloroform : etanol masukkan lagi ke dalam corong pisah yang lain, tambahkan 50 mL akuades kemudian aduk. Pisahkan lapisan kloroform ke dalam Erlenmeyer lalu keringkan di atas pemanas air.
4.      Setelah kering tambahkan 50 mL akuades dan 5 tetes indicator Brom Thymol Blue.
5.      Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru.
Ø  Perhitungan
                          Kadar sakarin (%) : V x N x 18,32 x 100%
                          Ket : V = volume pentiter (mL)
                                  N = Normalitas NaOH
                                  B = Berat Sampel

Anonym, (2011),
Anonym, (2010),
Anonym (2011), http://pages.towson.edu/larkin/210DOCS/exp7.pdf




0

Followers